Eramuslim – SESUNGGUHNYA setiap ibadah tergantung pada akhirnya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari hadits berikut:
Sahl bin Saad As-Saidi berbicara bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah memandang ada nan membunuh orang-orang musyrik dan dia merupakan salah seorang prajurit muslimin nan gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, Siapa nan mau memandang seorang masyarakat neraka, silakan lihat orang ini. Kontan seseorang menguntitnya, dan terus dia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan dia sendiri mau segera meninggal (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, dia ambil ujung pedangnya dan dia letakkan di dadanya, lantas dia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya.
Selanjutnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh ada seorang hamba nan menurut pandangan orang banyak mengamalkan ibadah penunggu surga, namun berhujung menjadi penunggu neraka. Sebaliknya ada seorang hamba nan menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan masyarakat neraka, namun berhujung dengan menjadi penunggu surga. Sungguh ibadah itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Sesungguhnya setiap ibadah tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)
Amalan nan dimaksud di sini adalah ibadah shalih, bisa juga ibadah jelek. Yang dimaksud bil khawatim adalah ibadah nan dilakukan di akhir umurnya alias akhir hayatnya. Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha menyatakan bahwa ibadah akhir manusia itulah nan jadi penentu dan atas ibadah itulah bakal dibalas. Siapa nan beramal jelek lampau beranjak beramal baik, maka dia dinilai sebagai orang nan bertaubat. Sebaliknya, siapa nan beranjak dari ketaatan menjadi kufur, maka dia dianggap murtad. (Inilah)