Eramuslim.com – TIADA orang seterkenal Rafael Alun, sekarang. Pejabat pajak itu diperiksa KPK selama 8,5 jam, Rabu (1/3). Keluar dari Gedung KPK Jakarta, dia disambut ratusan wartawan, minta komentar. Ia bukannya senang, malah menunduk.
Waktu bertanya buat wartawan sangat singkat. Cuma mengikuti Rafael melangkah dari lobby gedung menuju halaman, mendekati mobilnya. Apalagi jalannya Rafael dicepat-cepatkan. Ya… campur-aduk, kepontal-pontal.
“Bagaimana Pak pemeriksaannya?” Atau, ada yang: “Berapa pertanyaan penyidik, Pak?” Malah ada yang: “Harta Bapak sebenarnya berapa?”
Tapi tidak ada nan bertanya: “Sebenarnya Bapak ini korupsi apa enggak, sih?” Tidak ada pertanyaan itu. Padahal, sebenarnya saat itulah wartawan bisa ngerjain orang, dengan pertanyaan sengit. Terkait kekayaan Rafael Rp 56,1 miliar nan dilaporkan dalam LHKPN.
Saking pusingnya, Rafael menjawab: “Kasihanilah saya…”
Lha… kok begitu? Karena Rafael mengaku sudah capek setelah diperiksa delapan separuh jam.
Rafael lantas menaiki mobil Toyota Innova putih. Buru-buru dia menutup pintu, dan wajahnya segar lagi. Mobil pun melaju.
Deputi Pencegahan KPK, Pahala Nainggolan kepada pers di kantornya, Rabu (1/3) mengatakan, “Proses penjelasan ini bukan hanya sekali. Saya pastikan, bukan hanya sekali. Karena pasti lagi.”
Mengejutkan, Pahala menyebut, KPK menyelidiki ada Geng Rafael.
Pahala: “Kita pastikan, sesudah nan bersangkutan, pasti ada lagi orang-orang lain. Yang kami kan dengar juga ada gengnya. Tapi kita kan perlu tahu polanya.”
Geng Rafael ini perihal baru. Rembetan, diawali anak Rafael, Mario Dandy Satriyo (20) menganiaya David (17) secara sadis sampai koma sejak Senin, 20 Februari 2023 sampai Rabu, 1 Maret 2023, lantas Rafael dicopot Menteri Keuangan, Sri Mulyani, lampau ada geng itu.
Kemudian buru-buru Pahala mengatakan: “Tapi, jika dibilang geng, ya bukan kayak geng anak SMP, ngumpul-ngumpul gitu. Kita dapat informasi saja jika si ini sama, si itu. Kita lihat nanti. ‘oh iya… perjalanannya nyambung di beberapa tempat’. Itu nan saya maksud geng. Jadi jangan dianggap geng, dia berkomplot, enggak jugalah.”
Meskipun wartawan bingung mencerna kalimat geng itu, tapi tak sempat bertanya detail, karena penjelasan bersambung ke topik-topik lain seputar Rafael. Beruntun.
KPK gesit menangani ini. Rumah mewah milik Rafael di Yogyakarta diperiksa tim KPK. Juga perumahan mewah di Minahasa Utara seluas 6,5 hektar. Ternyata milik istri Rafael. Atas nama dua perusahaan milik istri Rafael.
Mobil-mobil mewah, ada nan milik saudaranya, ada nan milik menantu Rafael. Menyebar pokoknya. Tapi, Jeep mewah Rubicon nan dibawa Mario saat menganiaya David, diakui KPK, atas hasil pemeriksaan, bukan milik Rafael.
Kasus ini juga menyenggol mantan Ketua KPK, Abraham Samad. Karena, Menko Polhukam, Mahfud MD ketika ditanya wartawan, mengatakan bahwa pada 2012 PPAK sudah melaporkan transaksi mencurigakan di LHKPN Rafael kepada KPK. Tapi, KPK tidak menanggapi. Diam saja.
Abraham Samad, Ketua KPK periode 2011-2015 kepada pers, Selasa (28/2) mengatakan:
“Jadi, nan sebenarnya terjadi PPATK melaporkan (transaksi mencurigakan) ke Kejaksaan Agung, kemudian KPK hanya ditembuskan saja laporannya. Jadi, pernyataan (Mahfud) itu tidak tepat.”
Maksud Abraham, PPAK melapor ke Kejaksaan Agung dengan tembusan laporan ke KPK. Maka, KPK tak bersuara saja. Dikira itu bakal diusut Kejaksaan Agung. Ternyata juga tidak diurus oleh Kejaksaan Agung.
Ada lagi. Menurut Samad, Undang-undang KPK saat itu menyatakan bahwa penyelenggara negara nan ditangani KPK, minimal pejabat eselon II. Hal itulah nan membikin PPATK melaporkan transaksi mencurigakan Rafael ke Kejaksaan Agung, bukan ke KPK.
Abraham: “Karena pada saat itu mungkin Rafael Alun tetap pejabat eselon III alias mungkin IV di Direktorat Pajak Kementerian Keuangan.”
Pokoknya, laporan PPATK pada sepuluh tahun silam tidak ditangani. Setelah gempar kasus Mario, barulah seperti tergopoh-gopoh memeriksa Rafael.
Halaman selanjutnya →
Halaman 1 2