KOTAK PANDORA ITU BERNAMA GIBRAN

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

by M Rizal Fadillah

Setelah Golkar mendukung Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo, maka deklarasi Koalisi Indonesia Maju untuk pasangan Prabowo Gibran bakal segera dilakukan nan bersambung pada pendaftaran ke KPU. Majunya Gibran membenarkan sinyalemen bahwa Putusan MK adalah pembuka pintu. Sulit membantah peran besar dari Mahkamah Keluarga tersebut. MK adalah pendosa besar.

Gibran sebenarnya bukan solusi bagi Prabowo. Semua sudah faham pilihan pada Gibran hanya bertumpu pada aspek Jokowi bukan kapabilitas alias elektabilitas. Gibran tidak mempunyai pedoman support partai maupun organisasi kemasyarakatan. Tingkat kematangan berpolitik juga rendah. Prabowo nan sudah “jatuh hati habis” pada Jokowi merasa perlu menarik Gibran sebagai pasangannya.

Menjadi kejadian politik menarik bahwa figur politik berilmu seperti Airlangga, Zulhas, Yusril alias SBY dengan mudah menyepakati kontroversi ini. AHY nan dulu ngotot mau menjadi Cawapres begitu sunyi kini. Begitu juga dengan Yusril nan percaya diri bakal terpilih seperti menunduk terdiam. Semua bertekuk dengkul pada sang Raja dan Putera Mahkota.

Prabowo jumawa pada sukses merebut Gibran seolah sukses mendapatkan Jokowi. Sementara Jokowi merasa senang lantaran sang pangeran dapat menjadi Cawapres dengan menyingkirkan tokoh nan lebih layak seperti Airlangga, Erick Thohir, Yusril ataupun AHY sendiri. Nampaknya tidak sia-sia kerja adik ipar sebagai Ketua Mahkamah Keluarga.

Sesungguhnya di tengah kebahagiaan alias mungkin angan dari Partai Gerindra, Golkar, PAN dan lainnya, kehadiran dan penetapan Gibran sebagai Cawapres Prabowo adalah bencana. Gibran bagai kotak pandora nan terbuka. Masalah besar nan tidak diinginkan sedang mengancam. Seperti berbobot tetapi sebenarnya musibah.

Pertama, bagi Prabowo sendiri ini adalah “kutukan” dari pendukung dulu nan merasa tersakiti alias terkhianati. Tanpa diduga rupanya ada kiriman “Gibran” anak mini nan diorbit paksa oleh bapak. Gibran bukan penguat alias akselerator tetapi beban berat bagi Prabowo. Citra “Singa” Prabowo semakin terkikis. Bualan survey berfakta hanya sekelas Gibran.

Kedua, bagi partai-partai politik nan sepakat Gibran sebagai Cawapres adalah bukti adanya sihir alias jampi-jampi nan membikin ketua partai kehilangan logika sehat, berfikir pendek, pragmatis dan kehilangan idealisme. Di depan konstituen partai-partai politik tersebut bakal ambruk. Mungkin terjadi perpecahan.

Ketiga, Gibran menjadi suntikan perseteruan tajam Megawati dengan Jokowi. Balas dendam Jokowi menyakitkan hati. Bukan hanya dia tidak loyal tetapi sama saja Jokowi telah mengumumkan perang. Perang dengan memanfaatkan Prabowo bertameng Gibran. Wajah culun nan bisa memerahkan muka Mega.

Keempat, Gibran menjadi penyakit bangsa dan pencemar politik etik. Nepotisme alias politik dinasti terbukti. Jokowi membuta babi. Berjuang untuk melindungi diri pasca lengser nanti. Sesungguhnya publik menilai bahwa Jokowi salah kalkulasi dikira Gibran adalah penyelamat padahal peledak bunuh diri.

Kelima, menciptakan negara bagai istana boneka. Mengurus bangsa dengan bermain-main. Rakyat hanya diposisikan sebagai penonton nan disuruh bertepuk tangan, berduka alias berteriak. Panggung hanya milik pemain alias boneka-boneka itu. Gibran mengisi ruang “negara cemen” dan “negara fantasi”.

Kotak pandora Gibran adalah menyebarkan khayalan untuk menjadikan Indonesia seperti negara Korea Utara. Dinasti Kim nan berkuasa dari Kim Il Sung kepada Kim Jong Il dan sekarang Kim Jong Un. Nah mungkin Jokowi sedang menyiapkan Jan Ethes untuk pemimpin berikut he he hee

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 24 Oktober 2023

Selengkapnya
Sumber Eramuslim.com
Eramuslim.com
Atas