Ketahuilah Muslim itu Merdeka, dan Bersujud hanya untuk Allah

Sedang Trending 9 bulan yang lalu

qutb2eramuslim.com – Diceritakan oleh Sayyid Quthb dalam bukunya Keadilan sosial Islam (Al Adalah Al ijtimaiyyah fi al Islam) , cerita nan didengarnya dari Ahmad Syafik Pasya , mahir sejarah  nan terkenal,  yang hidup pada masa pemerintahan Ismail di Mesir. Peristiwa ini berkenaan dengan kunjungan Sultan Abdul Azis ke Mesir pada masa pemerintahan Ismail.

Ismail betul-betul menyambut ceria kunjungan ini lantaran itu termasuk dalam program untuknya mendapatkan gelar “Khadive” , berikut hak-hak spesial lainnya dalam pemerintahan Mesir . Salah satu kegiatan kunjungan  itu adalah jumpa muka antara ustadz Mesir dengan khalifah. Tradisi nan biasa berjalan setiap orang nan memasuki ruang pertemuan kelak terlebih dulu kudu sujud ke tanah dan memberikan penghormatan ala Turki tiga kali, dan upacara-upacara lainnya nan sama sekali tidak terdapat dalam aliran Islam. Untuk itulah jauh-jauh hari sebelumnya, kepada para ustadz itu diberikan latihan upacara oleh para petugas istana agar tiba saatnya pertemuan itu mereka tidak bakal melakukan kesalahan di depan Sultan Turki itu.

Tibalah saat nan dinanti-nantikan itu, dengan tertib para ustadz nan mulia itu pun memasuki ruangan, mereka betul-betul mengikuti upacara itu dengan melupakan aliran agamanya dan menukarnya dengan tatacara duniawi . Satu persatu mereka sujud di depan sesama makhluk , kemudian keluar dengan langkah membelakangi pintu, sementar muka tetap menghadap Sultan- persis seperti nan diinstruksikan parap pengawal istana. Hanya satu orang saja nan tidak mau melakukan ketololan itu, ialah Syekh Hasan al-Adawi. Ia tetap teguh pada aliran agamanya, dengan mencampakkan kehormatan dunia. Ia tetap memegang prinsip bahwa nan mulia dan layak untuk dihormati dan sujud kepada   hanyalah Allah subhanahu wa Ta’ala.

Ia memasuki ruangan tetap dengan kepala tegak sebagai seorang nan merdeka menghadap sesamanya. Lalu menghadap Sultan dengan menyampaikan salam,” Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, ya Amirul Mukminin”. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan petuah-petuah dan nasihat. Selesai kegiatan tatap muka pun dia menyampaikan salam dan keluar dengan kepala tegak.

Melihat sikap ustadz nan satu ini, gemetarlah semua calon Khadive dan pegawai istana, rasanya bumi nan mereka injak sudah terbalik. Khalifah pasti murka, demikian dugaan mereka dan jika betul itu terjadi niscaya lenyaplah sudah angan memperoleh gelar Khadive nan sudah lama diidam-idamkan.

Akan tetapi, ketaatan terhadap kebenaran tak mungkin sirna begitu saja, selalu ada kalbu nan siap melontarkannya dengan penuh keberanian dan merdeka, sebagaimana tertanamnya ketaatan itu pun dengan kuat dan merdeka pula. Dengan apa nan terjadi kemudian..? Sultan Turki itu bukannya murka malahan berbicara : “ Kalian sama sekali tak mempunyai ulama, selain nan satu ini!” setelah peristiwa itu, Ismail dipecat dari jabatannya dan digantikan orang lain.

Halaman selanjutnya →

Halaman 1 2

Selengkapnya
Sumber Eramuslim.com
Eramuslim.com
Atas