
eramuslim.com – Direktur Kementerian Kesehatan Jalur Gaza Palestina, Monir al-Barsh, mengatakan kondisi Rumah Sakit Al Shifa kian parah setelah dikepung drone hingga tank-tank Israel sejak Jumat (10/11) malam waktu setempat.
Pengepungan ini membikin kompleks RS Al Shifa dalam kondisi terisolasi total dari bumi luar. Al-Barsh menjelaskan “benda mobilitas apa pun” di sekitar RS Al Shifa bakal menjadi sasaran tembakan Israel.
“Kami tidak bisa bergerak di dalam alias di luar pemisah rumah sakit. Kami dikepung, kami tak bisa mengubur orang meninggal,” ujar Al-Barsh, seperti diberitakan Al Jazeera pada Sabtu (11/11).
Pertempuran sengkit disekeliling kompleks RS Al Shifa membuat petugas medis hingga pasien tidak bisa keluar masuk rumah sakit. Hal ini menyebabkan semakin banyak pasien nan tidak tertolong dan meregang nyawa.
“(Ini membuat) kita bakal menggali kuburan massal di dalam kompleks rumah sakit,” lanjutnya.
Menurut laporan wartawan Mustafa Sarsour, satu-satunya wartawan nan tersisa di kompleks RS itu, drone dengan jumlah tak sedikit itu terus berterbangan di kompleks rumah sakit.
Drone tanpa awak itu menargetkan semua orang nan bergerak di dalam maupun luar rumah sakit. Sarsour apalagi menyaksikan satu family nan terbunuh setelah mencoba meninggalkan kompleks RS.
“Satu family mencoba meninggalkan kompleks tersebut dan ketika mereka meninggalkan gerbang luar, mereka semua terbunuh,” kata Sarsour dalam laporannya nan diterjemahkan.
Sarsour menambahkan semua jalan menuju RS Al Shifa telah hancur seluruhnya.
“Tidak ada seorang pun nan bisa meninggalkan kompleks rumah sakit lantaran pertempuran sengit ini,” ucapnya seperti dikutip Al Jazeera.
Sementara itu, Direktur RS Al Shifa, Muhammad Abu Salmiya, mengatakan kondisi petugas medis dan pasien di rumah sakit tersebut berada di ujung tanduk.
Abu Salmiya apalagi menuturkan salah satu kru medis RS nan mencoba mencapai inkubator untuk memberikan support kepada bayi nan baru lahir tewas tertembak.
“Kita betul-betul terputus dari seluruh dunia, kita hanya berjarak beberapa menit saja dari kematian nan bakal segera terjadi,” ucap Abu Salmiya.
Al Shifa merupakan salah satu rumah sakit di Gaza nan namanya berarti “rumah penyembuhan”. Al Shifa merupakan rumah sakit terbesar dan terluas di Gaza.
RS ini bisa menampung 700 pasien dalam keadaan normal. Namun, sejak perang pecah antara golongan milisi Hamas Palestina dan militer Israel, kapabilitas Al Shifa membludak.
Berdasarkan laporan Doctors Without Borders, RS Al Shifa sekarang menampung 5 ribu pasien nan dipenuhi oleh korban pengeboman Israel.
(Sumber: Cnnindonesia)