Fatwa Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin
Pertanyaan:
Fadhilatus syekh, dalam sabda riwayat Muslim, terdapat sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
“Sungguh, nan memisahkan antara seorang laki-laki dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah meninggalkan salat.” (HR. Muslim no. 82)
Apakah meninggalkan ibadah itu adalah kemusyrikan?
Jawaban:
Iya, termasuk dalam kemusyrikan dalam makna nan umum. Karena orang nan meninggalkan ibadah lantaran meremehkan, dia meninggalkan ibadah hanyalah lantaran mengikuti hawa nafsunya. Sehingga dia lebih mendahulukan hawa nafsunya dibandingkan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Jadi, perihal itu termasuk kemusyrikan dari perspektif pandang tersebut. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ
“Maka, pernahkah Anda memandang orang nan menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berasas ilmu-Nya … “ (QS. Al-Jaatsiyah: 23)
Maka, setiap orang nan mengikuti hawa nafsunya dan lebih mendahulukannya dibandingkan dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, dalam perbuatan semacam ini terkandung unsur kemusyrikan. Meskipun, kemusyrikan dalam makna nan unik itu tidak mencakup perbuatan meninggalkan ibadah.
Baca Juga: Tata Cara Sholat Taubat
***
@Rumah Kasongan, 5 Sya’ban 1444/ 25 Februari 2023
Penerjemah: M. Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari kitab Fiqhul Ibadaat, hal. 77, pertanyaan no. 47.