Diduga Sindir Anies Hanya Pintar Membaca dan Pidato, Menterinya Jokowi Disentil: Saya Bilang Tidak Cerdas

Sedang Trending 8 bulan yang lalu

 Saya Bilang Tidak Cerdas

Eramuslim.com – Menteri Investasi Bahlil Lahadalia diduga menyindir Anies Baswedan dengan menyarankan mencari pemimpin nan tidak hanya pandai membaca kitab dan berpidato.

Hal tersebut diungkap Bahlil saat memberikan orasi ilmiah di hadapan ratusan wisudawan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta Timur pada Rabu (15/3/2023).

“Jadi hati-hati sekarang, kita milih pemimpin tidak cukup pandai baca buku, dan pandai pidato, tapi kudu punya leadership dan kudu punya keahlian manajerial nan baik untuk membangun rakyat bangsa dan negara,” ujar Bahlil dikutip dari Republika.

Menanggapi pernyataan Bahlil tersebut, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun menyebut Bahlil tidak pandai lantaran membandingkan Indonesia dan Inggris nan jelas-jelas berbeda sistem pemerintahannya.

“Kenapa saya bilang tidak cerdasnya. Begini, ya nggak bisa kita membandingkan Indonesia dan Inggris. Why? Karena Inggris itu menggunakan sistem pemerintahan parlementer. Indonesia presidensial,” ujar Refly, dikutip WE NewsWorthy dari kanal YouTube pribadi pada Kamis (16/3/2023).

Dalam sistem pemerintahan presidensial nan dianut Inggris, pemerintahan bisa jatuh kapan saja terlebih ketika kebanyakan parlemen menarik support terhadap perdana menteri nan sedang berkuasa.

“Dalam sistem pemerintahan presidensial, pemerintahan at any time bisa jatuh. Jadi jika misalnya kebanyakan parlemen menarik support terhadap perdana menteri tersebut, ya jatuh perdana menterinya,” jelas Refly.



Ketika perihal tersebut terjadi, kepala negara di negara dengan sistem pemerintahan presidensial bakal menunjuk perdana menteri lain alias bakal mempercepat penyelenggaraan Pemilu

Pengamat politik ini kemudian mencontohkan saat Indonesia menganut sistem perlementer seperti Inggris, kabinet saat itu jatuh bangun padahal nan memimpin juga orang-orang pintar.

“Dalam tahun 1950, tahun ’49 sesungguhnya tapi ’49-50’ itu sistem pemerintahan parlementer tapi kita serikat. Dari tahun ’49 ke ’59, sepuluh tahun kita menggunakan sistem pemerintahan parlementer dan kabinet jatuh bangun. Bukan orang-orang tolol nan memerintah pada saat itu.,” jelas Refly.

Sumber: newsworthy

Selengkapnya
Sumber Eramuslim.com
Eramuslim.com
Atas