eramuslim.com – Hari ini KPU tetapkan Capres dan Cawapres Pilpres 2024, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy’ari membacakan putusan secara langsung.
Dari hasil rapat pleno nan diselenggarakan secara tertutup dan ketiga pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) telah memenuhi syarat untuk mengikuti jalannya Pilpres 2024.
Kemudian, adanya hasil survei terbaru mengenai ketiga pasangan Capres dan Cawapres ini nan menyebut bahwa pendukung Prabowo Subianto berbelok ke Ganjar Pranowo.
Hal ini disebabkan sejak Prabowo Subianto mendeklarasikan pasangannya ialah putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Pengamat politik Ahmad Khoirul Umam sudah mengingatkan mengenai pengaruh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap elektabilitas pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
“Akan berakibat negatif pada elektabilitas Prabowo-Gibran,” ungkap Khoirul Umam dalam keterangannya kepada tvOnenews.com di Jakarta, pada Senin (13/11/2023).
Sementara itu, seorang pengamat ekonomi, Rizal Ramli tidak mau mengikuti perkembangan mengenai drama Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024.
Sebelumnya, Rizal Ramli pada video dalam kanal YouTube Refly Harun, beranggapan bahwa drama Capres dan Cawapres ini tidak berbobot dan mempunyai unsur kecurangan.
Bahkan dia memandang rancangannya ini lebih luar biasa daripada Pemilu pada tahun 2019, dimana terdapat persaingan antara Prabowo dan Jokowi.
Untuk menjadi pemimpin, masyarakat tidak perlu menjadi bagian family dari Presiden. Sebab negara ini merupakan negara nan demokratis.
Pakar tersebut juga mengatakan dalam sistem kerakyatan seperti di Indonesia, berbeda dengan sistem komunis.
“Sistem kerakyatan negara kapitalis, kompetitif dan amanah. maksudnya ada norma Anda pakai duit buat pribadi masuk penjara,” ujar Rizal Ramli dalam video pada kanal YouTube Refly Harun.
”Sehingga pemimpin di negara kerakyatan itu banyak nan bagus-bagus Walikota sampai presiden. sistem komunis kita enggak suka, tapi seleksi kepemimpinannya sangat-sangat kompetitif,” sambungnya.
Meski begitu, Rizal Ramli beranggapan teori tersebut berbeda dengan kenyataannya. Pancasila dan NKRI tidak melangkah seperti semestinya.
“Kita ngaku Pancasila, ngaku NKRI, kita tidak punya sistem pemilihan pemimpin nan amanah dan kompetitif. makanya Pancasila enggak jalan-jalan, Pancasila NKRI Hanya Jadi dagangan doang,” sindirnya.
“NKRI sampai mati, lenyap itu jual pasir ke Singapura. tanah kita bolong pulaunya kelak keropos. itu ngakunya NKRI, NKRI Pancasila hanya dijadiin peralatan dagangan, hanya dijadikan slogan. itu nan kudu kita ubah,” lanjutnya.
Rizal pun berambisi dan percaya pada anak-anak muda Indonesia dapat mengubah bangsa ini menjadi lebih baik lagi. (Sumber: tvone)